K.H. Muhsin adalah tokoh dari Karang mangu Sarang putra dari mbah Saman seorang pejuang yang bersemangat tinggi dan gigih membela Negara. Mbah saman adalah asli Madura tepatnya desa Klampis.
Beliau pernah tinggal di Ujung pangkah Gresik yaitu bekas lascar prajurit selarong (pasukan Pangeran Diponegoro). Setelah kalah dari belanda beliau mengkaderkan keponakannya (sepupunya, menurut versi yang lain) yang bernama Ghozali untuk berangkat menuntut ilmu di pondok pesantren.
Setelah menjadi orang alim, mbah Saman mewakafkan sebidang tanahnya kepada mbah Ghozali untuk dijadikan pesantren di Sarang.
K.H. Muhsin juga termasuk orang yang bercita-cita luhur dan perhatian, diataranya beliau pernah berkata kepada istri-istrinya “Siapa diantara istriku yang paling berbakti maka dialah yang akan menurunkan putra yang alim”. Beliau memang mempunyai 3 orang istri, ada yang dari Sarang Sedan dan Tuyuhan.
Sementara itu Sedan adalah desa kecil, namun disinilah berkumpul banyak bangsawa dan priyayi yag sangat cinta kyai dan santri sehingga adalah suatu tersendiri mempunyai menantu dari kalangan pesantren.
Mbah Denok adalah istri K.H. Muhsin yang berada di Sedan, mbah Denok merupakan salah satu istri dari istri-istri beliau yang sangat setia dan berbakti kepada suaminya, terbukti pada waktu K.H. Muhsin akan bergilir ke istri yang lainnya mbah Denok tega / rela menggunakan rambutnya untuk mengusap keringat kuda K.H. Muhsin.
Mbah Denok melahirkan mbah kyai Abdus Syakur Swedang (Ayahanda Kyai Abu Fadlol Senori dan K.H. Chair Swedang).
Mbah Denok adalah wanita yang bercita-cita luhur dan tidak begitu mementingkan harta. Konon cerita yang menjadi bukti bahwa mbah Denok benar-benar ingin mempunyai anak yang sholih dan alim, dalam keadaan sedang hamil beliau dicoba / diuji pada waktu mususi (mencuci) beras tanpa sengaja sebagian beras yang dipususi ada yang tumpah dan seketika itu beras yang tumpah tadi berubah menjadi emas, lantas mbah Denok berkata “Ya Allah gusti kulo mboten nyuwun dunyo brono, kulo nyuwun putro ingkang alim (Ya Allah gusti saya tidak minta harta benda, saya minta putra yang alim)”.
Kemudian beliau melahirkan mbah K.H. Abdus Syakur, mbah K.H. Chair dan mbah Sarah yang di peristri oleh Raden Yusuf Mangkudirjo, putra juru tulis Sedan, putra Wedono Sedan, putra bupati Jepara dan seterusnya.
Mbah Yusuf Mangkudirjo adalah cucu kedelapan (8) Sunan Kadilangu (Kalijogo).
Mbah Sarah dan mbah Yusuf melahirkan mbah Zawawi dan tiga adik perempuan yaitu: Masyfu’ah, Isti’anah dan Mudrikah.
Satu laki-laki da tiga perempuan konon leluhur dinasti Mangkudirjo kalau berputra ketepatan selalu demikian, hanya mbah Zawawi yang berputra laki-laki banyak, namun dari sinilah lahir ulama-ulama besar.
Beliau pernah tinggal di Ujung pangkah Gresik yaitu bekas lascar prajurit selarong (pasukan Pangeran Diponegoro). Setelah kalah dari belanda beliau mengkaderkan keponakannya (sepupunya, menurut versi yang lain) yang bernama Ghozali untuk berangkat menuntut ilmu di pondok pesantren.
Setelah menjadi orang alim, mbah Saman mewakafkan sebidang tanahnya kepada mbah Ghozali untuk dijadikan pesantren di Sarang.
K.H. Muhsin juga termasuk orang yang bercita-cita luhur dan perhatian, diataranya beliau pernah berkata kepada istri-istrinya “Siapa diantara istriku yang paling berbakti maka dialah yang akan menurunkan putra yang alim”. Beliau memang mempunyai 3 orang istri, ada yang dari Sarang Sedan dan Tuyuhan.
Sementara itu Sedan adalah desa kecil, namun disinilah berkumpul banyak bangsawa dan priyayi yag sangat cinta kyai dan santri sehingga adalah suatu tersendiri mempunyai menantu dari kalangan pesantren.
Mbah Denok adalah istri K.H. Muhsin yang berada di Sedan, mbah Denok merupakan salah satu istri dari istri-istri beliau yang sangat setia dan berbakti kepada suaminya, terbukti pada waktu K.H. Muhsin akan bergilir ke istri yang lainnya mbah Denok tega / rela menggunakan rambutnya untuk mengusap keringat kuda K.H. Muhsin.
Mbah Denok melahirkan mbah kyai Abdus Syakur Swedang (Ayahanda Kyai Abu Fadlol Senori dan K.H. Chair Swedang).
Mbah Denok adalah wanita yang bercita-cita luhur dan tidak begitu mementingkan harta. Konon cerita yang menjadi bukti bahwa mbah Denok benar-benar ingin mempunyai anak yang sholih dan alim, dalam keadaan sedang hamil beliau dicoba / diuji pada waktu mususi (mencuci) beras tanpa sengaja sebagian beras yang dipususi ada yang tumpah dan seketika itu beras yang tumpah tadi berubah menjadi emas, lantas mbah Denok berkata “Ya Allah gusti kulo mboten nyuwun dunyo brono, kulo nyuwun putro ingkang alim (Ya Allah gusti saya tidak minta harta benda, saya minta putra yang alim)”.
Kemudian beliau melahirkan mbah K.H. Abdus Syakur, mbah K.H. Chair dan mbah Sarah yang di peristri oleh Raden Yusuf Mangkudirjo, putra juru tulis Sedan, putra Wedono Sedan, putra bupati Jepara dan seterusnya.
Mbah Yusuf Mangkudirjo adalah cucu kedelapan (8) Sunan Kadilangu (Kalijogo).
Mbah Sarah dan mbah Yusuf melahirkan mbah Zawawi dan tiga adik perempuan yaitu: Masyfu’ah, Isti’anah dan Mudrikah.
Satu laki-laki da tiga perempuan konon leluhur dinasti Mangkudirjo kalau berputra ketepatan selalu demikian, hanya mbah Zawawi yang berputra laki-laki banyak, namun dari sinilah lahir ulama-ulama besar.
Posting Komentar
Komentar Anda akan sangat bermanfaat untuk perkembangan dan kemajuan blog ini, tapi yang sopan ya... dan jangan spam. Terima Kasih.